J5NEWSROOM.COM, Batam – DPRD Kota Batam bertindak cepat merespon kekhawatiran sejumlah nelayan atas lepasnya puluhan buaya akibat jebolnya tanggul penangkaran buaya di Pulau Bulan, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Dipimpin Wakil Ketua I Aweng Kurniawan, sejumlah anggota Dewan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke penangkaran tersebut, Rabu (15/1/2025).
Diantara anggota Dewan yang ikut dalam sidak tersebut adalah anggota Komisi I yakni; Anwar Anas, Jimmi Simatupang ST, Jimmi Siburian, Dr Muhammad Mustofa SH MH, Rival Pribadi SH, Hendrik SH dan Tumbur Hutasoit SH. Juga terlihat anggota Komisi II Haji Sulaiman, Mangihut Rajagukguk SE MM, Yefri, Kamaruddin, Setia Putra Tarigan, dan M Syafei ST MM. Camat Bulang dan Lurah Batu Legong juga ikut mendampingi sidak berkenaan.
Penangkaran buaya di Pulau Bulan dikelola oleh PT Perkasa Jagat Karunia (PJK). Selain penangkaran buaya, di Pulau berkenaan terdapat pula peternakan babi yang dikelola PT Indotirta Suaka. Kedua perusahaan ini masih dalam satu group yang mengelola lokasi peternakan di Pulau Bulan.
Rombongan sidak DPRD ini sempat menunggu sekitar satu jam karena pimpinan perusahaan masih dalam perjalanan. Setelah itu, pimpinan PT PJK Toni Budiharjo menyambut rombongan Dewan.
Sebelum masuk ke area penangkaran, seluruh tim sidak DPRD diharuskan mengenakan alat pelindung diri (APD). Selain itu juga melalui koridor semprot disinfektan di seluruh tubuh. Baru kemudian, rombongan dibawa meninjau lokasi tanggul yang jebol akibat hujan deras beberapa hari belakangan.
Memerlukan waktu sekitar setengah jam menggunakan mobil menuju lokasi penangkaran buaya yang ambrol tersebut. Menyisir jalan tanah yang becek akibat diguyur hujan, mobil rombongan Dewan berhenti persis di depan danau rawa tempat buaya diternakkan.
Kepada rombongan Dewan, Toni Budiharjo menjelaskan ada tiga lapis tanggul di keliling dua danau air tawar berkenaan. Danau di sebelah kanan yang lebih luas terdapat sekitar 150 ekor buaya dan di danau sebelah kiri jalan yang lebih kecil terdapat tujuh ekor buaya. Kedua danau dipisahkan jalan tanah dan dikelilingi tanggul tembok. Namun danau sebelah kiri terhubung ke sungai yang menuju ke laut.
“Hujan deras membuat air danau meluap dan arus deras sehingga tanggul jebol. Kami perkirakan sekitar tujuh ekor buaya lepas namun kami masih akan hitung, apakah yang dari sebelah ini ada juga buaya yang lepas. Kami perlu waktu beberapa hari untuk mengeringkan air danau ini dan menghitung jumlah seluruh buaya,” ungkap Toni.
Toni mengaku tidak dapat mengetahui persis berapa buaya yang lepas selagi tidak dihitung total jumlahnya. Populasi buaya di penangkaran tersebut sekitar 800 ekor lebih. Adapun jenis buaya yang ditangkar adalah crocodile phosphorus, dimana penangkaran dilakukan untuk mengambil kulit reptil berkenaan lalu diekspor ke mancanegara.
“Ada empat ekor buaya yang berhasil kami tangkap. Kami juga terus mencari baik siang maupun malam. Kami sudah berkoordinasi dengan Polsek dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),” jelas Toni.
Sementara itu Wakil Ketua DPRD Kota Batam Aweng Kurniawan menegaskan, sidak dilakukan guna merespon keluhan nelayan yang takut melaut. Bahkan beliau menerima pengaduan ada nelayan yang terluka digigit buaya.
“Para nelayan ini menggantungkan hidupnya pada laut. Jadi, kita ingin tahu bagaimana tanggungjawab perusahaan dan apa saja upaya-upaya untuk mengembalikan buaya yang lepas tersebut,” ungkap Aweng.
Aweng meminta pihak perusahaan penangkaran untuk terus berkoordinasi dengan instansi terkait yakni kepolisian dan BKSDA. Selain itu, segera membenahi penangkaran agar kejadian serupa tidak terulang.
“Populasi buaya ini kan bertambah terus. Tentu penataan dan pengamanan lokasi penangkarannya harus lebih baik. Apalagi usia penangkaran ini sudah puluhan tahun. Kami akan terus awasi ini,” tegasnya.
Sementara itu anggota Dewan lainnya, Kamaruddin dari Fraksi Partai Nasdem, meminta pihak perusahaan memperhatikan nelayan sekitar yang terdampak akibat kasus jebolnya tembok penangkaran buaya berkenaan. Pihak perusahaan diminta menyalurkan bantuan melalui skema CSR (corporate social responsibility) kepada nelayan sekitar.
“Perusahaan perlu memperhatikan nelayan sekitar yang takut melaut. Kami juga meminta nelayan berhati-hati saat melaut dan sebaiknya tidak turun sendirian saat melaut,” harap Kamaruddin.
Editor: Agung