
J5NEWSROOM.COM, Usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi di lingkungan Pemerintah Kota Semarang, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (HGR) alias Mbak Ita dan suaminya, Alwin Basri (AB), resmi mengenakan rompi oranye tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pantauan Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Mbak Ita dan suaminya selesai menjalani pemeriksaan sekitar pukul 16.39 WIB. Saat keluar dari ruang pemeriksaan di lantai 2 Gedung Merah Putih KPK, keduanya sudah mengenakan rompi oranye tahanan dengan tangan diborgol. Mereka kemudian digiring petugas KPK menuju ruang konferensi pers, menandakan bahwa KPK akan segera mengumumkan secara resmi penahanan terhadap kedua tersangka.
Pada Jumat, 17 Januari 2025, tim penyidik telah lebih dahulu menahan dua tersangka lainnya, yakni Martono (M), Ketua Gapensi Kota Semarang, serta P. Rachmat Utama Djangkar (PRUD), Direktur PT Deka Sari Perkasa. Martono diduga terlibat dalam tindak pidana korupsi bersama-sama dengan Mbak Ita dan Alwin Basri, yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jawa Tengah dari PDIP periode 2019-2024. Sementara itu, Rachmat Utama Djangkar diduga melakukan tindak pidana korupsi dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada penyelenggara negara terkait pengadaan meja dan kursi fabrikasi sekolah dasar di Dinas Pendidikan Kota Semarang.
Dalam penyelidikannya, sejak 17-25 Juli 2024, tim penyidik telah melakukan penggeledahan di berbagai tempat di Kota Semarang, Kudus, dan Salatiga. Lokasi yang digeledah meliputi 10 rumah pribadi, 46 kantor dinas atau OPD Pemkot Semarang, kantor DPRD Jawa Tengah, tujuh kantor perusahaan swasta, serta dua kantor pihak lainnya. Dari penggeledahan tersebut, tim penyidik menyita berbagai barang bukti, termasuk dokumen APBD tahun 2023-2024 beserta perubahannya, dokumen pengadaan di masing-masing dinas, dokumen yang berisi catatan-catatan tangan, serta uang tunai sekitar Rp1 miliar dan mata uang asing senilai 9.650 Euro. Selain itu, barang bukti elektronik seperti handphone, laptop, dan media penyimpanan lainnya, serta puluhan unit jam tangan yang diduga berkaitan dengan perkara ini juga turut disita.
Sumber: RMOL
Editor: Agung