Menko Airlangga: Solusi Rekayasa sebagai Fondasi Transisi Energi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) saat menjadi panelis dalam acara bertajuk “Unleashing the Power of Engineers to Advance Sustainable Development Goals“ di Paris, Selasa, 4 Maret 2025. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Pada puncak penyelenggaraan World Engineering Day 2025 di Kantor Pusat UNESCO, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi panelis dalam acara bertajuk “Unleashing the Power of Engineers to Advance Sustainable Development Goals.”

Menko Airlangga menyampaikan bahwa sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar dan sumber daya yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk berada di garis depan inovasi global yang berkelanjutan. Menurutnya, terobosan dalam bidang rekayasa dan inovasi teknologi menjadi katalis utama dalam pembangunan berkelanjutan serta ekspansi ekonomi. Integrasi teknologi mutakhir ke dalam sektor tradisional menunjukkan potensi transformasi yang signifikan.

Pemerintah di seluruh dunia telah mengakui pentingnya inovasi bagi perekonomian melalui berbagai insentif, termasuk keringanan pajak untuk merangsang investasi dalam penelitian dan pengembangan, program hibah, serta alokasi anggaran untuk pendidikan STEM. Indonesia sendiri memiliki kebijakan super deductible tax hingga 200 persen bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, serta super deductible tax hingga 300 persen bagi perusahaan yang menunjukkan komitmen besar terhadap penelitian dan pengembangan.

Dalam kesempatan itu, Menko Airlangga juga menjelaskan bagaimana solusi rekayasa dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon dan mewujudkan industri yang lebih berkelanjutan secara global. Engineering solutions dinilai menjadi fondasi transisi energi untuk mendukung pengurangan emisi karbon.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, pembangunan rendah karbon di Indonesia diarahkan pada beberapa aspek, di antaranya pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor energi, transportasi hijau, peningkatan cadangan karbon di kawasan hutan dan lahan, pertanian rendah karbon, cadangan karbon biru, dekarbonisasi industri, serta penguatan tata kelola kegiatan pengurangan emisi karbon.

Pemerintah Indonesia juga secara aktif mengembangkan inisiatif Carbon Capture and Storage (CCS) serta Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dengan menargetkan peluncuran 15 proyek antara tahun 2026 dan 2030. Proyek-proyek ini menjadi bagian dari strategi Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

PT Pertamina telah mengidentifikasi kapasitas penyimpanan karbon dioksida hingga 600 gigaton, yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik dan regional. Langkah ini mempertegas komitmen Indonesia dalam memanfaatkan keunggulan geologisnya untuk mendukung upaya global dalam pengurangan karbon.

Editor: Agung