
J5NEWSROOM.COM, Manado – Udara Jumat sore (13/6/2025) di Manado, Sulawesi Utara, terasa teduh, meski mentari masih tinggi. Di sebuah kantor yang menjadi pusat kendali keamanan daerah itu, sebuah pertemuan berlangsung hangat antara dua sahabat lama: Pakar komunikasi dan motivator nasional, Dr Aqua Dwipayana, dan Kapolda Sulawesi Utara, Irjen Pol Roycke Harry Langie.
Tak tampak kesan formal berlebihan ketika keduanya bersua. Irjen Roycke, jenderal polisi yang dikenal rendah hati dan bersahaja, menyambut kedatangan Dr Aqua dengan senyum bersahabat dan pelukan hangat. Suasana langsung mencair—tak ada jarak, yang ada hanya silaturahim tulus dan percakapan bermutu.
Padahal, di balik senyuman ramah itu, Irjen Roycke tengah menjalani hari yang padat. Usai rapat daring dan menyusun sejumlah persiapan untuk keberangkatannya ke Jakarta, ia tetap meluangkan waktu menerima kunjungan sahabatnya itu. “Saya harus sempatkan. Ini bukan hanya silaturahim, tapi juga kesempatan bertukar pikiran,” ucap Roycke, merendah.
Pertemuan keduanya bukan kali pertama. Namun, seperti sebelumnya, bagi Dr Aqua, setiap kali berdialog dengan Irjen Roycke selalu meninggalkan kesan mendalam. Ia menyebut perbincangan mereka kali ini kembali penuh dengan “daging” dan “gizi”—istilah khas yang menggambarkan padatnya makna dan bobot dari setiap gagasan yang disampaikan.
“Beliau ini bukan hanya jenderal lapangan yang teruji di medan tugas, tapi juga seorang pemikir yang jernih. Cara pandangnya tajam dan solutif,” ujar Dr Aqua, yang menyimak dengan penuh perhatian sepanjang diskusi.
Beragam topik dibahas—mulai dari tantangan institusi kepolisian, pendekatan humanis dalam penegakan hukum, hingga soal-soal kebangsaan yang lebih luas. Namun yang menarik, Irjen Roycke tidak hanya bicara soal strategi, tapi juga menyampaikan nilai-nilai moral dan spiritual yang menjadi fondasi kepemimpinannya.
Setelah hampir satu jam berbincang di ruang kerja Kapolda, keduanya lalu berjalan kaki menuju rumah dinas Irjen Roycke yang memang berada persis di samping Mapolda Sulut. Jalan kaki itu terasa simbolis—dua sahabat yang melangkah berdampingan, tanpa sekat jabatan.
Di rumah dinas yang sederhana dan tertata apik, obrolan mereka berlanjut. Kali ini suasananya lebih cair, sesekali diselingi canda. Namun tetap, percakapan yang mengalir tetap sarat makna. Dr Aqua pun mengungkapkan rasa syukurnya.
“Saya sangat bersyukur bisa menyerap begitu banyak ‘gizi’ dari beliau. Setiap kalimatnya selalu menggugah. Alhamdulillah…,” ucapnya, lirih namun penuh makna.
Dalam silaturahim itu, ada sesuatu yang tak kasat mata namun terasa kuat: energi keteladanan. Seorang pemimpin yang kuat namun bersahaja, dan seorang intelektual yang rendah hati namun tajam dalam berpikir, duduk bersama dalam semangat belajar dan menginspirasi.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh hiruk-pikuk, pertemuan seperti ini menjadi oase yang menyejukkan. Sebuah bukti bahwa silaturahmi bukan hanya soal kunjungan, tapi tentang membangun jembatan pemikiran dan hati.
Editor: Agung

