Film Pembebasan Sandera di Selat Malaka Siap Tayang Hari Armada Desember 2025

Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana bersama mantan Wakasal Laksamana Madya TNI (Purn) Achmad Taufiqoerrochman dan istri. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

J5NEWSROOM.COM, Sukabumi – Malam itu di Sukabumi, Selasa (22/7), suasana akrab dan penuh semangat terasa dalam sebuah perbincangan hangat antara para sahabat yang sudah lama tak bersua. Di sebuah kediaman yang teduh, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI (Purn) Achmad Taufiqoerrochman dengan penuh semangat menyampaikan kabar yang telah lama dinantikan.

“Pak Aqua, insya Allah saat Hari Armada ke-80 pada 5 Desember 2025 nanti, akan ditayangkan film yang mengangkat kisah pembebasan 36 sandera kapal tanker Pertamina di Selat Malaka pada 2004 silam,” ujar Taufiq, didampingi sang istri tercinta, Ina Taufiq.

Ucapan itu sontak mengundang rasa bangga dan takzim dari para tamu yang hadir. Hadir dalam pertemuan itu Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Sukabumi Henki Hermawan, Kepala TU Imigrasi Triman, serta Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sukabumi Budi Hardiono.

Sambil menyeruput teh hangat, Dr Aqua tak kuasa menyembunyikan kekagumannya. “Luar biasa dan hebat Pak Taufiq. Citra TNI Angkatan Laut di mata dunia internasional jadi semakin membanggakan,” ujarnya penuh haru. Taufiq hanya tersenyum. Kalimat pujian itu diterimanya dengan rendah hati. “Alhamdulillah,” jawabnya pelan.

Kisah pembebasan kapal tanker Pertamina itu bukan sekadar operasi militer biasa. Itu adalah buah dari kecermatan, keberanian, serta kepemimpinan yang matang dari seorang perwira tinggi TNI AL. Saat itu, Achmad Taufiqoerrochman menjabat sebagai Komandan KRI Karel Satsuit Tubun-356. Kapal perang andalan TNI AL itu dikerahkan dengan cepat untuk merespons aksi perompakan yang mengancam keselamatan para awak kapal.

Dengan pendekatan taktis yang nyaris tanpa cela, Taufiq dan timnya berhasil menumpas para perompak tanpa korban jiwa dari pihak sandera. Operasi itu menjadi salah satu capaian penting TNI AL dalam menjaga stabilitas kawasan perairan strategis seperti Selat Malaka—salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Tujuh tahun kemudian, pengalaman itu seakan berulang. Tahun 2011, Taufiq kembali menorehkan sejarah dalam operasi pembebasan kapal Sinar Kudus milik PT Samudera Indonesia yang dibajak di perairan Somalia oleh kelompok perompak bersenjata. Dalam operasi militer tersebut, Indonesia menegaskan kedaulatannya di kancah global.

Pengalaman-pengalaman heroik itulah yang akhirnya diangkat menjadi film layar lebar. Sebuah ikhtiar penting untuk mengabadikan keteladanan, loyalitas, dan keberanian para prajurit TNI AL. Film tersebut tidak hanya dimaksudkan sebagai tontonan, tetapi juga sebagai tuntunan bagi generasi muda tentang arti sejati pengabdian kepada bangsa.

“Ini bukan tentang saya,” ujar Taufiq merendah. “Tapi tentang seluruh tim, tentang semangat dan pengorbanan prajurit yang bertugas menjaga laut kita tetap aman.”

Film ini rencananya akan diputar secara serentak pada peringatan Hari Armada Republik Indonesia ke-80, sebagai bagian dari refleksi panjang TNI AL dalam menjaga perairan nusantara sejak zaman kemerdekaan hingga era modern.

Bagi Taufiq, laut adalah bagian dari hidupnya. Bukan hanya karena ia mengabdi lebih dari 35 tahun di institusi itu, tetapi karena ia melihat laut sebagai representasi dari Indonesia yang luas, dinamis, dan penuh tantangan. Ketika laut aman, maka roda ekonomi bangsa dapat bergerak dengan tenang.

Taufiq tidak sendiri dalam setiap langkahnya. Di balik sosok tegasnya, hadir Ina Taufiq, sang istri yang selalu mendampingi. Dukungan keluarga menjadi fondasi kuat dalam setiap keputusan besar yang diambilnya.

Kini, lewat layar lebar, publik akan menyaksikan cuplikan kisah yang selama ini hanya terdengar di ruang-ruang internal militer. Dan siapa tahu, dari kisah ini akan lahir semangat baru di kalangan anak muda untuk mencintai tanah air, dari laut hingga darat.

Editor: Agung