
J5NEWSROOM.COM, Mayor Jenderal Yahya Rahim-Safavi, penasihat militer Pemimpin Tertinggi Iran, menyatakan bahwa sebanyak 16 pilot Israel tewas dalam konflik militer selama 12 hari yang pecah pada Juni lalu. Ia mengklaim bahwa fakta ini sempat ditutupi oleh pihak Tel Aviv.
Safavi menjelaskan bahwa selama dua hingga tiga hari awal konflik, Iran sempat menunjukkan kerentanan dalam sistem pertahanan udara, namun sejak hari keempat, posisi kekuatan berbalik menguntungkan bagi Teheran hingga akhir. Menurutnya, Israel gagal mencapai tujuan strategisnya untuk mendestabilisasi Iran atau merusak infrastruktur vital, militer, dan komando negara itu.
Sebagian sistem pertahanan udara dan radar Iran memang disebut mengalami kerusakan dalam konflik tersebut, namun dengan cepat dilakukan rekonstruksi dan penggantian komandan militer. Safavi menyebut bahwa sistem intelijen dan pertahanan mereka kini sedang diperkuat kembali untuk menghadapi kemungkinan serangan baru.
Ia juga menekankan bahwa Iran kini tidak hanya memulihkan kekuatannya, tetapi juga memperkuat kapasitas serangan di semua bidang — udara, ruang angkasa, serta domain lainnya. Jika ada konflik baru, Safavi mengancam bahwa respons Teheran akan lebih masif daripada sebelumnya.
Klaim ini belum dapat dikonfirmasi secara independen dari pihak Israel. Namun, pernyataan Safavi ini memicu pertanyaan besar mengenai korban militer Israel yang mungkin dirahasiakan, serta bagaimana konflik ini akan memengaruhi stabilitas keamanan di kawasan Timur Tengah.
Editor: Agung

