Pandangan Para Kiai Gontor Tentang Sosok Pemimpin Besar

Orang tua wali mengantarkan santri kembali menuju Pondok Pesantren Modern Gontor di Halaman Parkir Bandara Adisucipto, Yogyakarta. (Foto: Republika)

J5NEWSROOM.COM, Para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki pemahaman kuat tentang karakter pemimpin besar yang bukan sekadar diukur dari jabatan atau gelar, tetapi dari kualitas akhlak dan kontribusi nyata kepada masyarakat. Bagi mereka, sosok pemimpin sejati adalah seseorang yang mampu menginspirasi, memberi teladan, serta menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi.

Kiai-kiai Gontor mengajarkan bahwa kepemimpinan yang ideal lahir dari keteguhan nilai agama dan komitmen terhadap kebaikan bersama. Seorang pemimpin besar menurut pandangan mereka adalah yang rendah hati, mampu mendengar suara rakyat, serta memiliki visi jangka panjang untuk kemajuan umat dan bangsa.

Dalam tradisi pendidikan Gontor, para santri dibiasakan untuk memahami pentingnya integritas dalam setiap tindakan. Hal ini menjadi salah satu landasan mengapa para pendiri pesantren tersebut menekankan bahwa kualitas moral jauh lebih krusial daripada sekadar kemampuan administratif atau politik. Kejujuran, tanggung jawab, serta kesetiaan terhadap nilai agama menjadi indikator utama figur yang layak disebut sebagai pemimpin besar.

Para tokoh pendiri juga percaya bahwa leadership yang efektif bukan hanya soal berada di posisi puncak, tetapi bagaimana memberi manfaat kepada orang banyak. Sosok pemimpin besar menurut mereka adalah yang mampu menggerakkan perubahan positif dan meninggalkan warisan kebaikan yang berdampak bagi generasi berikutnya.

Pandangan ini secara turun-temurun menjadi bagian dari ajaran di lingkungan Gontor, di mana para santri dididik agar bukan hanya memiliki pengetahuan akademik, tetapi juga kualitas budi pekerti luhur. Dengan demikian, pendidikan di Gontor diarahkan untuk mencetak pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa mengabaikan prinsip moral dan spiritual.

Penekanan terhadap peran akhlak dalam kepemimpinan ini menjadi cerminan bahwa nilai-nilai agama dapat menjadi landasan kokoh dalam membentuk figur pemimpin yang bukan hanya dihormati, tetapi juga dicintai oleh masyarakat.

Sumber: Republika
Editor: Agung