Sebelumnya, saya juga pernah mendengar persepsi ini. Kemudian saya memberi garis pandu kepada ADB Singapura untuk meneliti isu-isu yang dihadapi Batuampar. Yang diutarakan adalah ongkos logistik yang lebih mahal dan tinggi daripada pelabuhan-pelabuhan lain.
ADB bersama Menko Perekonomian telah membuat suatu kajian. Ada beberapa isu yang bisa dikendalikan. Pertama, proses logistik di Batuampar masih banyak yang manual. Itu sebabnya cost tinggi. Kedua, cara operasi pelabuhan yang masih perlu diperbaiki.
Lantas dari rekomendasi itu, saya diberitahu PSA (Port Authority of Singapore) dan otoritas pelabuhan BP Batam akan menandatangani MoU pada 26 Agustus 2022 ini untuk feasibility study.
Melihat bagaimana kita bisa memperbaiki meningkatkan proses logistik di Batuampar Batam. Ini sudah dikatakan oleh Walikota Batam, H. Muhammad Rudi melihat bagaimana PSA dan BP Batam menghasilkan kajian.
“Jika PSA yang berkenan berinvestasi dan BP Batam bersedia, saya rasa maka kita bisa bekerja sama,” tegasnya.
Persepsi Singapura adalah mendukung pembangunan Batam dan Kepri. Sebab kesuksesan Batam dan Kepri adalah kesuksesan kami. Kami tidak pernah melihat sukses keduanya sebagai saingan.
Seperti yang saya ceritakan, kami ingin Batam dan Kepri memasok pangan untuk Singapura. Tapi jika pelabuhannya tidak efektif, tentu investor tidak tertarik.
“Singapura tentu ingin memastikan pelabuhan Batam efektif agar terintegrasi dengan Singapura. Yang penting bagi kami, bagaimana Singapura dan Batam bisa bergerak maju bersama,” papar Maliki Osman mengakhiri penjelasannya soal persepsi tersebut.
Padahal, sesaat sebelum membahas isu persepsi publik di Batam itu, Maliki Osman menceritakan kekagumannya terhadap disain Masjid Tanjak.
Maliki tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada disain Masjid Tanjak. Arsitetukturnya keren. Terutama, disain sirkulasi udara dan cahayanya yang juga keren. Sehingga udara dalam ruangan masjid menjadi sejuk, meski tanpa AC dan kipas angin. Makanya, tidak heran jika Masjid Tanjak ini menjadi icon baru Kota Batam.
“Sangat bagus, sangat indah. Dari luar bentuk tanjak, mimbarnya juga tanjak. Sangat menarik dan luas. Saat saya shalat masjidnya penuh,” ungkapnya penuh kekaguman.
Disain Masjid Tanjak ini out of the box. Tidak seperti bentuk masjid tradisional yang mainstream. Yaitu, masjid dengan kubah plus menara. Ini benar-benar beda dan atraktif, sehingga menjadi ekspresi arsitek muda dalam membangun masjid dengan konsep bangunan hijau.
Sayangnya, saat ditanya apakah Masjid Tanjak ini layak menjadi icon baru masjid di Asean? Maliki mengaku belum bisa memberikan penilaian ke arah itu.*
2