Tuan Bing-Cod

Ilustrasi Virus (Foto: Ist)

Di antara mereka saling mengklaim. Ada yang mengatakan warna kulit-bulunya putih. Ada juga yang mengatakan biru. Yang lain lagi mengatakan warnanya ungu, kuning dan merah.

Riang ria pandangan berbagai warnanya menunjukkan seperti pelangi saja. Tak da satupun yang mengatakan kulit-bulunya berwarna hitam. Seperti Bing Hitam. Walaupun dalam keadaan gelap, tak kelihatan warnanya, tetap saja seperti pelangi. Merah, kuning, biru dan hijau.

Hanya saja tidak di langit yang biru. Sungguh heran. Padahal dalam keadaan gelap pastilah kulit-bulunya mengikuti. Otomatis menjadi gelap. Alias hitam. Tetapi mengapa tidak terjadi?

Keadaan inilah yang menyebabkan jika keberadaan Tuan Bing-Cod membuat mereka resah. Walaupun orang-orang banyak yang sudah tahu. Saya pun tahu jika orang-orang itu hanya pura-pura bodoh. Orang-orang itu takut kepada mereka.

Ketakutan dialtari oleh karena mereka menggunakan struktur kekuasaan yang ada. Bukan hanya struktur kekuasaan, rakyat semesta, pengusaha farmasi dunia beserta jaringan media global juga sudah dikuasai.  

Saya percaya menjadi penyebab sesuatu yang masuk aqal manakala di lingkungan sekitar menciptakan perubahan. Namun, tanpa disengaja atau pun tidak, mereka rasa-rasanya sepakat, tidak ada yang kulit-bulunya berwarna hitam.

Artinya, tidak secara langsung disepakati tidak ada yang disebut Bing Hitam. Tetapi begitu matahari mulai menyibakan sinarnya, mereka tetiba saja menjadi ragu. Bukan pada warnanya yang menjadi titik persoalannya.

Rupanya bukan Tuan Bing-Cod. Mereka mengatakan seperti tikus. Tuan Bing-Cod telah menjadi tikus. Hewan yang selalu dijadikan percobaan. Saya ikut-ikutan menjadi terheran-heran, tidak lama berselang Tuan Bing-Cod berubah pula menjadi beruk. Hewan yang juga selalu menjadi uji coba laboratorium.

Saya bertambah menjadi-jadi keheranan. Mengapa Tuan Bing-Cod berubahnya dengan tiba-tiba, secepat kilat, petir, guntur. Mengapa tidak seperti kelalawar atau sejenisnya.

Tuan Bing-Cod telah berevolusi. Tuan Bing-Cod bermutasi dengan berbagai ragam variannya. Perubahan terkesan memang seperti ada yang mengarahkan. Ada yang mengendalikan?

“Tuan berubah-ubah terus-menerus enggan berhenti. Hanya dalam waktu satu jam-an. Terus berubah-ubah. Tak seperti yang selama ini dijelaskan dalam berbagai studi akademis-ilmiah”, Saya pun terheran-heran.

Yang selalu menjadi pertanyaan Saya, mengapa Tuan Bing-Cod berubahnya tak pula seperti yang selalu dijelaskan sesuai teori evolusi. Walaupun Saya meyakini jika teori itu tak akan pernah terbukti sampai ke akhir zaman ini.

Saya juga selalu menolak untuk meyakini teori itu bahwa menusia berinduk hewan bersandar asal-usulnya. Toh yang ada selama ini manusia menjadi batu. Seperti sebuah legenda di Pulau Sumatera. Namanya Malin Kundang.

Saya percaya bahwa Tuan Bing-Cod, tak seperti manusia. Sebaliknya, sangat mustahil manusia seperti Tuan Bing-Cod.  “Jadi bulset, manusia berinduk hewan. Kalau manusia diibaratkan berprilaku seperti hewan kera. Itu lain lagi,” gumam Saya dalam hati.

***

Setelah revolusi mutasi, mereka lebih percaya Tuan Bing-Cod hanyalah sebuah istilah bagi sekelompok orang di antara mereka. Percisnya di antara mereka saja. Sekelompok orang yang memanfaatkan jejaring antar mereka untuk menjadi pesohor sekaligus pelopor sebagai pemburu rente. Mereka mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Mereka menusuk dari belakang. Mereka mendepak rekan seiring. Mereka lempar batu sembunyi tangan.

Mereka secara tidak langsung walaupun selalu membantah, tetap saja orang-orang itu tidak percaya. Saya juga termasuk yang tidak percaya. Hanya saja, orang-orang itu ketakutan. Jujur, Saya juga takut! Saya takut sekali. Bukan takut mati. Saya takut kalau mereka tidak menyadari bahwa Saya tahu merekalah pengkhianatnya.

“Saya percaya Tuan Bing-Cod hanyalah ciptaan mereka. Begitulah pendapat orang-orang itu. Jadi orang-orang itu sudah tahu,” gerutu dalam hati.

Tetiba saja dari arah yang tak jelas, ada suara bergemuruh bak puting beliung. Menderu ke telinga semua orang, orang-orang itu tak terkecuali mereka. Rasanya sudah tidak dapat dibantah lagi. Boroknya semakin kelihatan. Sejuta taktik. Saratus ribu ngeles, tidak akan berguna. Apalagi katanya tidak mengambil keuntungan.

2