Mengenang Wartawan Tempo di Kepri, Rumbadi Dalle

Kenangan ngopi kami terakhir di Lim Kopi, bersama dengan wartawan The Jakarta Pos, Fadli. (Foto: Saibansah)

Panggilan boarding terdengar nyaring. Saya bergegas menyeruput sisa americano di cangkir merah. Mubazir kalau tak dikandaskan segera. Harga kopi di Juanda pastilah beda dengan secangkir kopi di Morning Bakery Grand Land Batam Center.

Begitu duduk di dalam pesawat, saya melakukan ritual biasa. Baca doa, kirim pesan ke grup WA super khusus, anak-istri, ‘papa sudah naik pesawat, doakan papa selamat ya’, lalu matikan hape. Lalu, baca doa sebelum tidur. Selanjutnya, zzzz.

Hampir dua jam perjalanan, saya terbangun. Cek situasi dan jam, sebentar lagi pesawat akan mendarat. Benar saja. Suara merdu pramugari terdengar, pesawat akan segera landing di Bandara International Hang Nadim Batam. Silakan duduk dan kencangkan seat belt.

Sekitar 15 atau 20 menit kemudian, roda pesawat menyentuh aspal landasan pacu. Soft landing. Terimakasih mas pilot dan mbak pramugari.

Masih dalam pesawat, saya aktifkan hape. Penasaran ingin segera monitor bagaimana kondisi kesehatan bang Rumbadi. Belum semenit hape saya aktif, sebuah panggilan masuk, dari mas Sugeng, anggota Brimob Polda Kepri.

“Mas, piye kondisi bang Rumbadi?,” tanyanya langsung, tanpa ngecek dulu saya sedang di mana. Pastilah Sugeng tidak tahu kalau saya masih duduk di dalam lambung pesawat.

“Gak tahu, mas. Saya masih dalam pesawat ini, baru landing dari Surabaya, nanti saya cek dulu ya.”

Lalu, saya cek grup WA yang arus pesan masuknya bak ‘air bah’, tang ting tung. Isinya: “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Bang Rumbadi telah meninggal dunia.”

Begitu keluar Hang Nadim, saya langsung mengontak sahabat saya, Frans Nainggolan, Pemimpin Umum BATAMTODAY.COM. Belum sempat saya membezuk pria kelahiran Prabumulih Sumatera Selatan itudi Rumah Sakit Elisabeth Baloi, Batam.

“Bang Rumbadi meninggal dunia, bang. Kita ke rumah duka yuk,” saya ajak Frans.

“Ayo, mas.”

Kami pun langsung berangkat ke rumah duka. Alhamdulillah, begitu sampai, saya belum telat. Saya masih melihat mobil ambulance sedang bersiap membawa jenazah pria humoris nan setia kawan itu.

2