Puisi-Puisi Muhammad Tajuddin

Muhammad Tajuddin

Musik Ramadan

kuajak lapar mataku membaca sketsa
hingga kenyang otakku mengalir
di bawah karam perahu waktu

kupanggil lapar ruhku
yang berkelana menabur bom gelisah
dan kugantung di tiang-tiang i’tiikaf

anggur cinta dinyanyikan burung bangau
setelah dilepas bersama asin lautku

kubuat sujud paling langgeng
tenggelam pada anggur taubatMu
hingga terbaca negeri asalku
: debu

Tuhan
kini aku pulang
dan 99 matahari
berlabuh di kebiruan sajadah
begitu kekal

2 ramadan 1444 H.

Lailatul Qadar
: the glory night

menyongsong malam seribu bulan
burung-burung berkabung menziarahi gaung gong
aku mengeja apa yang bisa kueja
dalam bahasa tadarrusku

di puncak menara
orang-orang memekikkan suara
membawa luka-luka dengan irama surga

kasih kasih kasih
tarawih adalah istirah semua lelah
witir zikir segala pikir
dan tahajud adalah sujud sejagad rambut

mengapa usia tak kunjung malaikat

majalengka, senja 13 Ramadan. 1444

Ayat-Ayat Kota

hujan yang dijanjikan sudah turun
membentur tulang laut dan membanjiri ruang-ruang
aku demikian lunglai menanggung keluh burung-burung
atau jembatan wujud yang rapuh

mereka menanam kota di segala rongga
bebas dari tikaman hujan
tapi waktu senantiasa gelisah
menyemburkan gerakan maya

aku menggigil dipukul ketajaman hujan
serasa ingin berlari memburu segala deru
tapi kota telah hanyut dalam kekosongan
larut dalam keterasingan

hujan makin deras
di atas lumpur kubangun sebuah rumah
dari pintalan darah pada sumsum terdalam
sebagai lampu kugantung rindu dan kursinya adalah cinta

mereka diam-diam mengeja ayat-ayat kota
mencatat isyarat laut dan membaca lupa
mereka mengetuk rumahku
saat kulagukan nyanyian langit
: syahdu !

Majalengka, 4 April 2023