Oleh Wina Armada Sukardi –
SHOLAT subuh di mesjid secara tidak langsung memberikan pelatihan manajemen waktu. Kita diajarkan untuk memanfaatkan waktu secara efektif. Buat dapat sholat subuh di mesjid, kita memerlukan disiplin pengaturan waktu. Kita harus manpu mengatur menit demi menit menjelang sholat subuh di mesjid.
Diawali dengan bangun pagi, harus ditentukan berapa menit dari sebelum azan subuh. Harus diukur dari bangun, ambil wudu, memakai baju sholat, berapa lama? Tidak boleh terlambat, tapi juga sebaiknya jangan kecepatan pula. Dengan kata lain, jam berapa kita bangun juga harus disesuaikan dengan waktu sholat subuh.
Perlu diingat, waktu sholat subuh rata-raya setiap dua hari juga dapat berubah-ubah. Biasanya dapat bergeser ke lebih pagi atau ke lebih siang, sekitar satu atau dua menitan setiap perubahan itu. Jika perubahan ditotal dari satu putaran waktubke putaran waktu lainnya, rata-rata dapat berselisih sampai setengah jam atawa 30 menitan.
(Sekedar catatan: sebagian ulama berpendapat waktu sholat subuh di Indoensia, sebenarnya, terlalu cepat delapan menit. Ini karena perbedaan cara menghitung. Indonesia menerapkan mulainya waktu subuh berdasarkan matahari minus 20. Sedangkan sebagian ulama lainnya dan para ahli ilmu falak berpendapat, perhitungan seharusnya matahari minus 18. Akibat perbedaan ini terdapat perbedaan selisih delapan menit).
Untuk menetapkan persiapan diri sendiri, kita harus mengikuti perubahan waktu sholat meski cuma beda satu dua menit,
Lantas perlu juga dihitung berapa menit, dari siap berangkat dari rumah sampai mesjid. Ini tergantung jauh dekatnya jarak rumah ke mesjid dan naik apa kita ke mesjid.
Jika seperti hamba ini yang runahnya cuma “sejengkalan” dari mesjid, ya cepat. Jalan kaki saja sekitaran dua -tiga menit sudah sampai. Tapi jika agak jauh, naik motor, juga tak beda. Di subuh yang sepi hanya beberapa menit juga sudah sampai mesjid. Naik mobil yang perlu dipikirkan waktu cari parkir.
Perhitungan yang akurat membuat kita tidak terlambat sampai mesjid. Kita sampai di mesjid, beberapa saat sebelum azan subuh, atau tepat pada saat azan subuh.
Di mesjid dekat rumah kami, azan subuh dikumandangkan sekitar sepuluh atau delapan menit sebelum sholat subuh dimulai. Azannya sendiri, hampa perhatikan, rata-rata sudah mengambil waktu empat atau lima menit.
Setelah itu ada waktu sekitar empat atau lima menut untuk sholat sunah dua rakat dan berdoa.
Jemaah harus mampu berhitung sendiri, sholat dan doanya berapa menit, agar jangan kepanjangan dan melebihi tibanya qomat.
Sholat subuh di mesjid dengan begitu selain melaksanakan perintah Allah, juga ternyata merupakan pendidikan kepada jemaahnya untuk menerapkan perhitungan waktu.
Sholat subuh di mesjid mengajarkan, kita perlu memanfaatkan waktu kita secara efektif. Sholat subuh di mesjid juga memberikan pendidikan, kita jarus dapat memilah dan memilih mana yang menjadi priotas dalam hidup kita.
Sholat subuh di mesjid seakan bermakna, buat kaum muslim sebelum melasanakan aktivitas apapun, prioritas pertama kita melaporkan dan menyerahkan diri lebih dahulu kepada Sang Pancipa. Kepada Alllah.
Prioritas kita pertama kita setiap hari mengutamakan bersujud menghamba kelada Allah. Ini sebagiah simbol, sebelum melakukan kegiatan apapun, setiap hari kita lebih dahulu memprioritaskan diri berjemaah menghadap, melaporkan, merendah diri, minta perlindungan dan petunjuk kepada Allah. Posisi Allah di atas segalanya.
Dari pendidikan sholat subuh di mesjid, setidaknya ada dua pelajaran yang dapat dipetik. Pertama, kita wajib menata pemakian waktu kita dengan seefektif mungkin. Dalam refleksi kehidupan sehari-hari yang lebih luas, hanya orang yang memanfaatkan waktunya dengan benar dan untuk hal-hal yang bermanfaat saja yang memiliki keunggulan. Berbagai studi dan riset sudah membuktikan hal ini.
Kedua, kita perlu memberikan prioritas waktu kepada hal-hal yang urgen, yang penting dan utama. Sebagai muslim setiap hari kita memandang melaporkan diri, merendah diri, menyerahkan diri seraya minta batuan dan perlindungan kepada Allah merupakan prioritas kita.
Dalam prepektif kehidupan nyata sehari-hari, hal ini dapat ditafsirkan kita harus pandai menentukan mana yang urgen, kemudian mana yang penting dan mana pula yang dapat kita kerjakan agak belakangan. Mengerjakan secara terbalik selain banyak membuang-buang wakti juga alan kurang menghasilkan tindakan yang berkualitas.
Dari sinilah kita lebih mudah menyadari mengapa ajaran Islam menyebut, merugilah orang-orang yang tidak memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kita menjadi lebih mudah memahami, mengapa sebagian ulama menegaskan sholat subuh berjemaah seperti atau sama dengan mengerjakan sholat sepanjang hari.
Tabik.
Wina Armada Sukardi adalah wartawan dan advokat senior, serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi.