Oleh Dahlan Iskan
KELUARGA pun harus punya konstitusi. Terutama keluarga pengusaha.
Kian besar skala usahanya kian penting konstitusi itu. Namanya: Konstitusi Keluarga.
Itulah pokok bahasan seminar Family Constitution di Grand Hyatt Jakarta kemarin.
Saya hadir di situ. Begitu banyak pengusaha yang mendengarkan paparan 7 pengusaha yang umumnya generasi kedua dan ketiga.
Cucu Ciputra Cita Ciputra Harun juga jadi pembicara. Ia cucu Ciputra. Anak Harun Hayadi, menantu almarhum Ciputra.
Keluarga Ciputra adalah pengusaha pertama yang memiliki konstitusi keluarga.
Bahkan, ujar Prof Dr Gracia Ugut, dekan Fakultas Ekonomi Universitas Putra Harapan Karawaci, konstitusi keluarga Ciputra itu sudah diamandemen tiga kali. Disempurnakan.
Kian banyak pengusaha memiliki konstitusi keluarga.
“Di Surabaya tahun ini ada dua,” ujar Hadi Cahyono, konsultan konstitusi keluarga dari Jakarta.
Hadi Cahyono kemarin juga jadi pembicara. Hadi memaparkan hasil risetnya mengenai perusahaan keluarga. Ia juga menciptakan teori segitiga perusahaan keluarga.
Sebagai doktor ekonomi yang punya spesialisasi perusahaan keluarga Hadi juga menjadi inisiator berdirinya pusat riset dan studi perusahaan keluarga. Pusat riset itu berada di fakuktas ekonomi Universitas Tarumanegara (Untar) Jakarta.
Rektor Untar Prof Dr Agustinus Purna Irawan dan Dekan Fakultas Ekonomi Dr Sawidji Widoatmodjo ikut menggunting pita peresmian pusat studi dan riset itu. Hadi Cahyono, dari Helios, menjadi direktur pusat riset itu.
“Untar tahun ini naik ke kelas bintang 4 dunia. Kami ingin naik kelas lagi ke bintang lima,” ujar Sawidji. Saya pun menyalami semua pimpinan universitas atas prestasi itu.
“Motto kami juga akan berubah. Dari ‘untuk Indonesia’ menjadi ‘untuk dunia’,” ujar Rektor Agustinus.
Selama ini yang fokus ke ilmu perusahaan keluarga barulah Universitas Ciputra Surabaya. Dan Untar tidak hanya menyusul tapi sekaligus melompat. Yakni dengan membangun pusat studi dan riset.
Semua pembicara memang membahas jargon lama di perusahaan keluarga: generasi pertama merintis dan mendirikan, generasi kedua membesarkan dan generasi ketiga menghabiskan atau menghancurkan.
Ternyata, kata Hadi Cahyono, itu tidak hanya jargon di Indonesia. Juga di Amerika, Inggris dan Jepang.
Hadi sudah merumuskan patron konstitusi keluarga. Itu hanya patron. Tiap keluarga pasti punya rumusan yang berbeda. Tiap keluarga adalah institusi yang unik. Maka konstitusi keluarga juga akan punya keunikan masing-masing.
Misalnya ada keluarga yang punya konstitusi: menantu tidak boleh ikut dalam perusahaan. Ada juga konstitusi yang minta agar di generasi ketiga tiap keluarga hanya diwakili satu orang.
“Bahkan saat perumusan konstitusi keluarga itu ada yang usul tidak boleh ada yang kawin dengan orang bule,” ujar Prof Gracia, yang mendapat gelar doktor di Cornell University Itacha, Amerika Serikat. “Tentu usul seperti itu kami tolak. Agar tidak melanggar prinsip persamaan ras,” ujar Prof Gracia.
Konstitusi keluarga itu umumnya lebih mengatur posisi keluarga di manajemen. Siapa yang boleh dan tidak boleh masuk ke jajaran manajemen. Juga siapa yang layak dan tidak layak. Siapa jadi direktur. Siapa komisaris.
Yang juga jadi pusat perhatian konstitusi keluarga adalah soal aset perusahaan. Bagaimana distribusinya. Bagaimana surat warisnya.
Dengan dibuatkan konstitusi, keluarga menjadi lebih harmoni. Semua sudah tahu mana yang boleh dan tidak. Perusahaan pun bisa lebih maju. Pun di generasi ketiga dan seterusnya.
PT Sritex Solo termasuk yang sudah punya konstitusi keluarga. Iwan Kurniawan Lukminto, CEO Sritex dari generasi kedua sekarang ini, jadi salah satu pembicara kemarin. Iwanlah yang punya inisiatif agar Sritex segera punya konstitusi keluarga. “Akhirnya selesai. Hanya dalam tiga bulan,” ujar Iwan. Konstitusi keluarga Sritex itu belum lagi berumur 1 tahun.
Jozef Darmawan Angkasa, CEO perusahaan yang membawahkan RS Mitra Keluarga juga jadi pembicara. Ia juga generasi kedua di Kalbe Farma, pemilik rumah sakit itu. Setelah Jozef, tampil juga keluarga Kalbe yang lain: Bernadette Ruth Irawati Setiady. Dia bilang tidak semua anggota keluarga punya kemampuan manajerial. “Saya sendiri jadi direktur merintis dari bawah,” ujarnya.
Yang juga menarik adalah pembicara Anthony Prabowo Susilo. Ia CEO perusahaan properti Indonesian Paradise Property Tbk. Yang antara lain memiliki Plaza Indonesia Jakarta. Posisinya di keluarga adalah menantu.
“Saya harus menghadapi istri, mertua, dan profesional yang lain,” ujarnya sambil bergurau. “Sebagai menantu saya tidak merasa sebagai pemegang saham. Saya merasa sebagai profesional murni,” tambahnya. “Untung saya dapat dukungan dari tiga-tiganya,” katanya lega.
Anthony memang pernah membuktikan diri sebagai profesional yang sukses di luar perusahaan keluarga istri. Dia juga loyal di perusahaan keuangan kelas dunia itu: 8 tahun. “Bagi orang keuangan masa kerja 8 tahun itu lama banget,” ujar Anthony. Maka ketika menjadi CEO perusahaan keluarga istrinya ia tidak canggung.
Yang paling menarik tentu ketika generasi kedua grup Djarum tampil: Armand Wahyudi Hartono. Ia kini wakil direktur utama Bank BCA. Saya ikut bertanya pada Armand. Tapi tulisan ini sudah terlalu panjang. Apalagi panggilan boarding ke Yogyakarta juga sudah yang terakhir.*
Panulis adalah wartawan senior Indonesia