Natal Pure

Ketua DPR Amerika Serikat Mike Johnson dan putrinya, Hannah. (Foto: Net)

Oleh Dahlan Iskan

HANNAH kini berumur 23 tahun. Sebelum Natal kemarin dia jadi berita besar: dia pernah menyatakan kepada bapaknya bahwa dia berjanji akan menjaga keperawanan sampai menikah kelak.

Tekad gadis itu diucapkan delapan tahun lalu, tapi baru diungkapkan ke media menjelang Natal kemarin. Hannah jadi berita besar karena dia putri ketua DPR Amerika Serikat yang baru: Mike Johnson.

Pengungkapan “barang lama” itu dimaksudkan untuk memberi indikasi kepada publik bahwa politik legislatif Amerika semakin ke kanan.

Janji seorang gadis untuk “menjaga keperawanan sampai menikah” itu dianggap simbol tertinggi sebuah keluarga konservatif di zaman ini.

Janji gadis itu dianggap begitu penting. Sakral. Agung. Maka janji itu harus diucapkan secara khusus. Di acara khusus. Dalam suasana khusus.

Acara khusus itu disebut: Purity Ball. Dansa Keperawanan Ballroom. Yakni acara dansa yang sangat khusus.

Dansa antara ayah dan anak gadisnya. Lokasinya harus di ballroom yang anggun.

Sang ayah harus mengenakan tuxedo lengkap. All in black. Formal.

Sang gadis harus mengenakan gaun ballroom yang tercantik dan teranggun. Seperti seorang pengantin putri.

Ayah dan anak gadisnya itu pun berdansa. Akrab. Mesra. Saling sayang. Antara ayah dan anak gadisnya. Disaksikan ibu sang gadis.

Saat berdansa di lagu yang lembut itulah si gadis mengucapkan janji kepada ayahnya: “Ayah yang saya cintai, ayah yang sangat mencintai saya, saya berjanji untuk menjaga keperawanan sampai saatnya menikah kelak”.

Di dalam sumpah itu juga disebut nama Tuhan. Dan demi kehormatan keluarga.

Sang ayah membalas ucapan putrinya itu dengan ucapan, “ayah bangga punya putri seperti kamu, ayah akan terus menjaga kamu sampai menikah nanti”.

Mike Johnson dan anak gadisnya melakukan itu. Tahun 2015. Saat Hannah berumur 14 tahun.

Video dansa Mike Johson dan Hannah, putrinya, di acara Purity Ball itulah yang belakangan diunggah di media. Reaksi masyarakat Amerika pun sangat luas.

Di masa nan silam gadis menjaga keperawanan adalah keniscayaan. Tapi kian modern kian luntur ajaran itu. Lalu kebablasan.

Saat ini, Anda sudah tahu, satu di antara empat anak yang lahir di Amerika tidak ketahuan siapa bapaknya.

Gereja pun risau. Terutama gereja yang sangat kanan.

Maka di tahun 2000 mulai ada pemikiran untuk mengembalikan ajaran menjaga keperawanan itu. Promotornya seorang pendeta di Colorado Spring, di selatan kota Denver: Randy Wilson. Bersama istrinya, Lisa Wilson.

Randy terus berkampanye pentingnya Purity Ball. Lalu menjadi gerakan. Meluas.

Anak-anak gadis mulai diajari dansa ballroom ketika usia 9 atau 10 tahun. Mereka harus siap untuk suatu saat menghadiri Purity Ball.

Tidak ada ketentuan dari Randy harus umur berapa seorang gadis menjalani upacara Purity Ball. Ada yang umur 15 tahun. Ada juga yang 13 tahun. Bahkan 11 tahun.

Gerakan Purity Ball ini lantas berkembang menjadi Purity Culture. Keluarga Kristen harus hidup secara agama yang murni. Termasuk jangan sampai suami-istri bercerai.

Di Indonesia ada juga kegiatan keagamaan untuk berkeluarga secara taat agama. Misalnya yang dilakukan Tulang Rusuk. Yang sekarang diketuai pengusaha real estate terkenal Teguh Kinarto (Disway 4 Februari 2021: Romo Getsemani).

Maka Mike Johnson kini jadi salah satu pusat perbincangan di Amerika. Terutama di sekitar Natal. Ia jadi lambang “ayah yang ideal bagi keluarga Amerika”.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia