Nilai 95

Facebook Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong yang cukup aktif. (Foto: Disway)

Oleh Dahlan Iskan

DARI 0 menjadi 80. Itulah hasil prestasi Lee Kuan Yew di Singapura. Anaknya, membawa nilai 80 itu ke 95.

Betapa sulit tugas si 4G Lawrence Wong. Pengganti Lee Hsien Loong itu nanti hanya perlu menaikkan nilai Singapura tiga poin saja: menjadi 98.

Tiga poin.

Mungkin lebih sulit dari 15 poin yang dihasilkan Lee Hsien Loong.

Meski Lee Hsien Loong begitu berhasilnya tetap saja ia memikul ‘dosa;’ turunan: dianggap bisa jadi perdana menteri hanya karena anak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew.

Untuk ‘dosa’ itu Lee Hsien Loong pernah berujar: “Ada yang meragukan kemampuan saya jadi perdana menteri. Saya dianggap bukan orang yang paling cocok. Hanya karena ayah saya saja. Istri saya pun jadi pemimpin di grup Temasek dianggap bukan orang yang paling cocok melainkan karena dia istri saya. Kalau benar begitu maka seluruh kredibilitas dan kewibawaan moral saya hancur karena saya tidak layak untuk posisi ini.”

Padahal ia sudah hebat sejak anak-anak. Lee Hsien Loong sudah belajar membaca Jawi di umur 5 tahun.

Anda sudah tahu: Jawi adalah bahasa Melayu yang ditulis pakai huruf Arab. Hurufnya Arab tapi bunyinya Melayu. Karena itu penguasaan bahasa Melayunya sangat baik. Lihatlah pidatonya dalam bahasa itu. Mengesankan.

Berita Pilihan harian.disway.id-harian.disway.id-harian.disway.id

Nilai yang ia raih saat SMA pun sempurna. Itulah yang membuatnya mendapat beasiswa presiden. Bukan karena anak papa.

Dengan beasiswa itu ia kuliah di Cambridge, Inggris. Ia pilih jurusan matematika.

Dosennya di Cambridge pernah minta Lee Hsien Loong untuk tetap tinggal di Inggris. Atau di Amerika. Untuk menjadi ilmuwan matematika. Jangan pulang ke Singapura. Mentornya di Inggris akan mengarahkannya menjadi ahli di bidang teori grafik kontemporer, kombinatorik, dan analisis fungsional.

Saat di Inggris itulah Lee kenal wanita setahun lebih tua: Huang Mingyang. Huang sedang kuliah kedokteran di Girton College.

Saat berumur 26 tahun Lee menikahi Huang. Tiga minggu setelah Huang melahirkan anak kedua dia meninggal: sakit jantung –bukan kanker.

Béla Bollobás, disebut oleh media di Tiongkok, adalah ahli matematika yang jadi mentor Lee. Di media itu sang mentor berkata tentang Lee Hsien Loong: “Ia benar-benar luar biasa, jauh melebihi siswa lainnya.”

Bagi Lee Hsien Loong, akademisi tidak akan pernah menjadi pilihan. Sebagai anak pemimpin nasional, ia tidak akan pernah bebas. Ia harus menjaga pendapat orang lain terhadap dirinya.

Tak hanya di bidang akademik, Lee Hsien Loong juga menorehkan prestasi di bidang musik. Ia mempelajari klarinet sejak kecil. Ia bergabung dengan Brass Band.

Tulis media Tiongkok itu: “sementara anak-anak lain hanya bisa memainkan beberapa partitur musik sederhana, ia sudah bisa memainkan konser Mozart dengan mahir”.

Maka, kian lama tuduhan ”hanya karena anak Lee Kuan Yew itu” hilang. Bahkan publik bisa melihat perbedaan yang mencolok antara Lee dan bapaknya.

“Lee Kuan Yew keras, tegas, bicara apa adanya, tidak suka ada orang yang hanya bicara omong kosong”.

“Lee Hsien Loong lebih lembut, bijaksana, dan merakyat.”

Tanggal 15 Mei bulan depan, ketika Lee Hsien Loong menyerahkan jabatan perdana menteri Singapura ke Lawrence Wong satu hal perlu dicatat: beda gaya bisa membawa hasil serupa.

Gaya Lee yang pasti tidak bisa dilakukan bapaknya dulu adalah ini: bermain medsos.

Lee Hsien Loong punya Facebook pribadi. Diisi sendiri. Tulis sendiri. Hanya foto yang bukan hasil jepretannya. Mungkin setelah 15 Mei nanti Lee punya waktu memotret. Kita lihat apakah akan ada yang beda di Facebooknya kelak.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia