Demo ‘Free-Palestina’ 33 Mahasiswa George Washington University Ditangkap Polisi

Demonstran melakukan salat di tengah aksi protes pro Palestina di George Washington University pada 6 Mei 2024, di Washington, DC. (Foto: AFP/Brendan Smialowski)

J5NEWSROOM.COM, Washington DC – Polisi di Washington membubarkan demonstrasi pro-Palestina di George Washington University pada Rabu (8/5) pagi, dan menangkap 33 orang, kata pihak berwenang.

Penangkapan dilakukan karena penyerangan terhadap seorang petugas polisi dan pelanggaran memasuki rempat secara tidak sah, kata Departemen Kepolisian Metropolitan Distrik Columbia.

Polisi mulai menutup tenda perkemahan setelah puluhan pengunjuk rasa berjalan menuju kediaman Presiden George Washington University Ellen Granberg pada Selasa (7/5) malam. Para pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan, “Bebaskan Palestina” dan “Bebaskan Rafah.” Dalam insiden itu polisi dipanggil, tetapi tidak terjadi penangkapan.

Para mahasiswa menyerukan kepada pihak berwenang universitas mereka untuk menarik investasi dari Israel atau perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel. Para demonstran berkumpul di setidaknya 50 kampus sejak 17 April, membawa spanduk bertuliskan “Bebaskan Palestina” dan “Lepaskan Rafah”.

Rafah adalah kota paling selatan di Gaza tempat sebagian besar penduduk wilayah tersebut berkumpul. Kawasan tersebut juga menjadi koridor masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina.

Israel merebut penyeberangan Rafah di sisi Gaza pada hari Selasa (7/5), sementara menutup penyeberangan Kerem Shalom di dekatnya, sehingga menuai kritik dari kelompok kemanusiaan. Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah membuka kembali Kerem Shalom.

Orang tua dan anggota staf pengajar George Washington University berkumpul pada Rabu sore guna menggelar konferensi pers yang mengutuk penanganan protes yang dilakukan oleh polisi dan para pemimpin universitas.

“Universitas jelas tidak menghargai mahasiswa sama sekali dan telah membahayakan keselamatan anak-anak kami dengan menurunkan petugas yang mengenakan pakaian anti huru-hara untuk menyerang dan menyemprot anak-anak kami dengan semprotan merica,” kata Hala Amer, yang putranya ikut serta dalam aksi protes di kampus tersebut.

Polisi mengatakan bahwa mereka membubarkan para demonstran karena “telah terjadi eskalasi bertahap dalam gejolak protes.”

Profesor American University Barbara Wien mengatakan dia berada di perkemahan itu bersama mahasiswa George Washington University. Ia menggambarkan demonstrasi mahasiswa tersebut sebagai demonstrasi yang demokratis dan damai.

Para pembicara dalam konferensi tersebut menyerukan pengunduran diri Granberg karena, menurut mereka, ia menolak untuk bertemu dan berunding dengan para demonstran.

“Anda terus menghasut kekerasan dan mengabaikan para mahasiswa,” kata Amer tentang Granberg dalam sebuah wawancara dengan VOA setelah konferensi. “Ini hanya akan menimbulkan lebih banyak kekerasan. Anda harus berbicara dengan para mahasiswa.”

Para pejabat George Washington University memperingatkan para mahasiswa bahwa mereka dapat diskors karena terlibat dalam protes di Halaman Universitas, sebuah tempat terbuka di kampus.

“Meskipun universitas berkomitmen untuk melindungi hak kebebasan berekspresi mahasiswa, perkemahan tersebut telah berkembang menjadi aktivitas yang melanggar hukum, dan para pesertanya secara langsung melanggar berbagai kebijakan universitas dan peraturan kota,” kata pernyataan George Washington University.

Penyelenggara acara mengatakan polisi menggunakan semprotan merica untuk menahan kerumunan pengunjuk rasa pada hari Rabu.

Polisi mengatakan mereka membubarkan demonstran karena “ada peningkatan bertahap dalam gejolak protes.”

Sebuah komite kongres membatalkan sidang kesaksian mengenai perkemahan di universitas itu pada hari Rabu. Wali Kota Washington, DC, Muriel Bowser dan Kepala Kepolisian Metropolitan Pamela Smith telah dijadwalkan untuk memberikan kesaksian tentang cara kota tersebut menangani protes tersebut di hadapan Komite Pengawasan dan Akuntabilitas DPR.

Lebih dari 2.600 orang telah ditangkap di 50 kampus dalam protes pro-Palestina, menurut Associated Press.

Protes kampus berskala nasional ini dimulai sebagai respons terhadap serangan Israel di Gaza yang dimulai setelah Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.

Lebih dari 34.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel, menurut kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas. Israel memperingatkan bahwa mereka bisa “memperluas” operasinya di Rafah jika perundingan gencatan senjata gagal menjamin pembebasan para sandera.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah