Menjadi Pemuda Anomali

Siswi MAN 1 Kota Batam, Naila Ahmad Farah Adiba. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

Oleh Naila Ahmad Farah Adiba

“SESUNGGUHNYA di tangan para pemudalah urusan umat, dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat.” (Syaikh Musthofa Al-Gholayaini)

Kata-kata Syaikh Musthofa Al-Gholayaini di atas sungguh dalam maknanya. Sebuah harapan bagi para pemuda agar turut serta memperjuangkan kebenaran.

Namun, di era gempuran sosial media, sulit rasanya untuk tetap istikamah di jalan dakwah. Menjadi seorang pemuda anomali yang hidupnya bukan untuk sekadar berfoya-foya. Tapi untuk mengharapkan ridha Tuhannya.

Arus trend yang senantiasa lewat di beranda. Kemaksiatan yang dinormalisasikan. Perbuatan dosa yang tak malu lagi ditampilkan. Terkadang membuat para pemuda anomali ini bimbang, lupa akan arah tujuan.

Rasanya sulit untuk bertahan di era gempuran sosial media. Terlebih godaan setan yang terus saja menerpa. Membuat kita para pemuda mati gaya, yang pada akhirnya mengikuti arus sesat dunia.

Maka, sebelum itu terlambat, kembalilah kepada jalan taat. Percayalah, selama jatah kehidupan masih Allah berikan, maka selama itu pula kesempatan untuk bertaubat terbuka lebar bagi kita para pendosa.

Memang sulit menjadi anomali. Bukan hal yang mudah menjadi terasing di tengah-tengah kesesatan duniawi. Tapi, tetap tancapkan dalam diri bahwa keridhaan Allah lebih berharga daripada seisi bumi.

Sebagaimana anomali di tengah lautan atau fenomena alam. Ia akan selalu menarik karena langka. Maka jadilah diantara mereka, yakni pemuda anomali alias langka.

Pemuda yang menjadikan aturan Allah sebagai parameter dalam setiap perbuatan yang ia lakukan. Pemuda yang senantiasa berjuang di atas jalan dakwah dan kebenaran.

Karena kita sadar bahwa kehidupan tidak hanya ada di dunia. Tapi juga di setelah dunia. Maka mempersiapkan bekal sebaik-baiknya menjadi sebuah kewajiban. Agar kelak, surga Allah layak kita dapatkan.

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis adalah Siswi MAN 1 Kota Batam