Sajak Tiji Tibeh : kepada penyuka revolusi longkang
Dari kilo mama lima
kosong tiga kosong delapan
enam mengalir keringat merah
membasuh negeri rumpun bambu
Ilir ilir ilir
terus mengalir semilir
menunggu gulir revolusi diam
tatkala lokang tersumbat subhat hasad
pun jumawa
Ilir ilir ilir
kepala ikan menyebar aroma mambu
busuk mengalir ke hulu mengotori hilir
bengawan selat laut pantai bersih legam
Ilir ilir ilir
lenggok aduhai mengklarifikasi
ihwal tak ingin gembira senang sendiri
mari bersama cebur tenggelam
dari perahu oleng tersebab nakhoda
khianat negeri liuk meliuk melupa diri
pada cermin tak berbayang
“Aku tak ingin jatuh sendiri,”
tetiba suara gemuruh melolong langit.
Aku tak
tak jatuh
tak sendiri
bersama tak
engkau tak,
mereka, kami, kita
tak siapa?
Maka mari bersama tenggelam hanyut
tersebab murka ilahi.
Jakarta, September 2022
Sajak Bintang Nun
Bintang nun
terbang merayap
pungguk patah
sayap oleng
Bintang nun
dulu perkasa
sikat sikut mana mana
semua takjub ujub
muda wibawa gagah
tebar pesona
Bintang nun
terperangkap bala
terlalu jumawa
sepucuk baja selalu terikat
pada pinggang busungnya
Bintang nun
pudar aura
baju besi dilucuti
tak terkecuali bunga
pun dua bintang kejora
Bintang nun
renunglah diri
walau dalam jeruji
waktunya tiada pasti
kapan pun ajal menjemput
batu nisan sebagai bukti
kau lah bintang
tak mungkin nun
apalagi mim atau wau.
Pekanbaru, Agustus 2022.