Oleh Dahlan Iskan
PERKARANYA sendiri sangat ringan. Yang membuat berat adalah usaha-usaha untuk menutupinya. Jadilah mantan presiden Donald Trump tersangka beneran. Selasa pagi ini ia menyerahkan diri. Rencananya.
Tadi malam ia sudah tiba di New York, terbang dari rumahnya di Florida. Di New York, Trump tinggal di rumahnya sendiri juga di gedung pencakar langit Trump Tower. Yang Anda sudah tahu: yang di Fifth Avenue. Dekat Central Park yang terkenal itu.
Fifth Avenue sendiri adalah jalan terpenting di New York. Toko-toko barang branded ada di jalan ini. Trump Tower ada di pojokan perempatan antara Fifth Avenue dan jalan E57. Fifth Avenue lah yang membelah Manhattan. Semua jalan di timur Fifth Avenue disebut ‘East’. Sebaliknya yang di baratnya.
Maka ketika pagi ini Trump turun dari lantai atas untuk ke pengadilan, ia cukup keluar dari lobi, lalu ke arah perempatan di sudut gedungnya sendiri itu. Lalu belok kanan ke samping gedungnya, menyusuri sepanjang samping gedung untuk belok kanan lagi di belakang gedungnya: masuk ke jalan Madison Avenue.
Jalan Madison itu panjang sekali. Sebenarnya pengadilannya ada di ujung sana jalan itu. Lurus saja. Tapi di dekat Empire State Building harus belok kiri ke jalan 31th. Hanya satu blok. Lalu belok kanan lagi ke Jalan Park Avenue.
Sampai di dekat Union Square jalan bercabang. Cabang yang kanan adalah Jalan Broadway. Trump akan ikut cabang yang kiri. Itulah jalan Lafayette.
Pengadilannya sebenarnya ada di ujung jalan ini, tapi nama jalannya sudah berubah menjadi Jalan Centre. Gedung No. 100 adalah tujuan Trump menyerahkan diri. China Town New York ada di belakang gedung pengadilan itu. Sampai jauh ke belakang.
“Itu (hari ini) adalah hari paling menakutkan bagi Trump,” ujar Michael Cohen, mantan tukang beres-beres Trump yang sejak tahun 2018 membelot.
Mungkin Cohen salah. Trump sudah sangat biasa berurusan dengan pengadilan. Trump juga sudah biasa menggunakan taktik lamanya dalam menghadapi perkara: lawan, serang, tumpas. Taktik lainnya adalah berusaha mengulur-ulur waktu.
Trump kini sudah menyiapkan serangan besar. Begitu selesai proses penyerahan diri, nanti sore Trump kembali ke rumah besar nan luasnya di Mar a Lago di Florida. Di situ pendukungnya berkumpul. Di situ Trump akan orasi.
Begitu menyerahkan diri mestinya Trump menjalani proses normal menjadi seorang tersangka: mengisi blangko dengan banyak pertanyaan identitas pribadi, sidik jari, dan difoto. Hanya mungkin tidak diborgol karena sudah dikelilingi petugas keamanan kepresidenan.
Di depan hakim, Trump akan menerima keputusan sebagai tersangka. Di situ diuraikan apa saja tuduhan padanya. Pasal apa saja yang dilanggar. Berapa tahun ancaman hukumannya.
Trump punya hak untuk tidak mau menjawab pertanyaan apa pun dari hakim dan jaksa. Ia juga punya hak didampingi pengacara. Tapi bagi Trump rasanya itu tidak terlalu penting. Meski tidak pernah kuliah hukum, Trump sudah ahli perkara: saking banyaknya beperkara. Bahkan mungkin ia merasa sudah lebih pintar dari semua pengacaranya.
Kelak, satu atau dua bulan lagi, Trump akan menghadap hakim lagi. Ia akan diminta mengaku bersalah, sesuai dengan tuduhan, atau mengaku tidak bersalah. Rasanya.
Trump akan pilih yang kedua. Konsekuensinya: sidang pengadilan akan dilangsungkan dengan terdakwa Trump.
Itu akan menjadi pengadilan yang seru, panjang dan penuh perdebatan. Kesaksian Cohen dan para wanita Trump akan muter-muter di persoalan yang Anda sudah tahu, tapi tetap seru.
Hakim di perkara ini sama dengan hakim di perkara yang melibatkan perusahaan Trump tahun lalu. Waktu itu perusahaan Trump diputuskan melanggar 17 masalah hukum. Salah satu pimpinan puncak perusahaan itu masuk penjara. Perusahaannya sendiri harus membayar denda. Tapi Trump terlepas dari masalah, karena ia bukan direksi di perusahaannya.
Meski kena perkara, Trump yakin popularitasnya justru naik. Dan itu dibenarkan oleh hasil jajak pendapat. Selama ini ia unggul 47 lawan 32 dengan calon potensial partai Republik lainnya: Gubernur Florida de Santis. Sekarang keunggulan itu menjadi 55-29.
Sebuah media Amerika lantas mewawancarai Cohen: “Mengapa pendukung Trump justru menguat?”
“Mereka itu sudah seperti penganut aliran sesat. Saya tahu bagaimana fanatik butanya seorang penganut aliran sesat,” jawabnya.
“Tapi sekarang sudah waktunya bagi mereka untuk cuci mata. Agar bisa melihat kebenaran. Trump tidak pernah menyampaikan kebenaran. Yang dia sampaikan selalu kebohongan, penyesatan informasi, melebih-lebihkan, atau nyata-nyata berbohong”.
Semua itu dilakukan, kata Cohen, hanya untuk satu orang. Untuk keuntungan pribadi satu orang. Trump sendiri.
Tentu di sidang nanti Trump akan memanggang Cohen. Juga jaksa Alvin Bragg. Tapi orang New York, yang akan jadi dewan juri nanti, bukan pengikut aliran sesat. Di New York Trump kalah telak di Pilpres yang membuatnya menang jadi presiden. Di Pilpres tahun 2019 kekalahannya jauh lebih telak lagi.
Mungkin Trump juga akan mempersoalkan di mana ia harus diadili. Bukan di New York. Trump juga akan mempersoalkan Cohen sebagai seorang pembohong besar. Ini bisa jadi arena, menurut masing-masing, pembohong lawan pembohong.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia