Oleh Imam Shamsi Ali
TAK bisa dipungkiri lagi jika hiruk pikuk dunia ini begitu deras. Sedemikian derasnya menjadikan banyak manusia mengalami instabilitas dalam hidupnya. Terjadi goncangan hidup yang mengakibatkan ragam prilaku. Salah satunya menjadikan manusia bersifat ganda.
Sifat ganda yang lebih dikenal dengan “double standard personality” juga dikenal dengan “split personality” ini sangat berbahaya. Karena anda akan menemukan di hadapan anda seseorang yang berubah di belakang anda. Karakter orang yang seperti ini juga dikenal dalam bahasa agama “berwajah dua” (dzul wajhaen).
Sebuah karakter yang dilabel sebagai “asyarrin naas” (seburuk-buruk) manusia (hadits).
Manusia yang berkarakter ganda atau double standard personality alias berwajah ganda paling pintar menampilkan keindahan di hadapan seseorang. Namun di belakangnya dia akan menusuk tanpa belas kasih dan rasa. Tersenyum manis tapi beri’tikad bengis.
Dalam dunia informasi, khususnya dunia maya dan media sosial, hal seperti ini dapat ditangkap dengan mudah. Seseorang seringkali tampil seolah zuhud, wars’, bahkan nampak suci dengan postingan-postingan pesan seolah dunia tidak penting. Postingan-postingannya seolah menafikan urgensi dunia. Bahkan seringkali dengan meme tangisan seolah menampilkan hati yang lembut.
Akan tetapi kenyataannya dibalik dari postingan-postingan itu, Allah Maha Tahu, seseorang itu sedang berusaha mengail ikan mairo (teri) di balik semak-semak yang melambai. Ada kepentingan duniawi yang diselimuti oleh propaganda-propaganda ukhrawi. Syetan memang licik.
Di sinilah puasa hadir dengan keberkahannya. Puasa yang benar akan meluruskan seseorang, baik pada karakter batin maupun karakter lahirnya. Puasa yang merupakan ibadah yang paling personal sifatnya pertama kali mengajarkan kejujuran pada diri sendiri. Bahwa apa yang dinampakkan secara lahir harusnya selaras dengan kata batin.
Kejujuran pada diri itu terbangun di atas kejujuran pada Pencipta. Karena memang “iman” yang memang menjadi asas perintah puasa (wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu berpuasa). Dengan kejujuran batin ini akan terlahir karakter lahir yang juga jujur. Kadang memang kejujuran itu pahit. Tapi itu lebih mulia dari karakter paradoksikal pada diri seseorang.
Semoga puasa menjaga kita dari sifat diuble standard dan wajah ganda ini. Dunia telah muak dengan kepura-puraan dan kemunafikan. Bahkan kepura-puraan dalam ekspresi relijiositas sekalipun.
Semoga Allah menjaga!
NYC Subway, 4 April 2023
Penulis adalah Presiden Nusantara Foundation