Musik Ramadan
kuajak lapar mataku membaca sketsa
hingga kenyang otakku mengalir
di bawah karam perahu waktu
kupanggil lapar ruhku
yang berkelana menabur bom gelisah
dan kugantung di tiang-tiang i’tiikaf
anggur cinta dinyanyikan burung bangau
setelah dilepas bersama asin lautku
kubuat sujud paling langgeng
tenggelam pada anggur taubatMu
hingga terbaca negeri asalku
: debu
Tuhan
kini aku pulang
dan 99 matahari
berlabuh di kebiruan sajadah
begitu kekal
2 ramadan 1444 H.
Lailatul Qadar
: the glory night
menyongsong malam seribu bulan
burung-burung berkabung menziarahi gaung gong
aku mengeja apa yang bisa kueja
dalam bahasa tadarrusku
di puncak menara
orang-orang memekikkan suara
membawa luka-luka dengan irama surga
kasih kasih kasih
tarawih adalah istirah semua lelah
witir zikir segala pikir
dan tahajud adalah sujud sejagad rambut
mengapa usia tak kunjung malaikat
majalengka, senja 13 Ramadan. 1444
Ayat-Ayat Kota
hujan yang dijanjikan sudah turun
membentur tulang laut dan membanjiri ruang-ruang
aku demikian lunglai menanggung keluh burung-burung
atau jembatan wujud yang rapuh
mereka menanam kota di segala rongga
bebas dari tikaman hujan
tapi waktu senantiasa gelisah
menyemburkan gerakan maya
aku menggigil dipukul ketajaman hujan
serasa ingin berlari memburu segala deru
tapi kota telah hanyut dalam kekosongan
larut dalam keterasingan
hujan makin deras
di atas lumpur kubangun sebuah rumah
dari pintalan darah pada sumsum terdalam
sebagai lampu kugantung rindu dan kursinya adalah cinta
mereka diam-diam mengeja ayat-ayat kota
mencatat isyarat laut dan membaca lupa
mereka mengetuk rumahku
saat kulagukan nyanyian langit
: syahdu !
Majalengka, 4 April 2023