J5NEWSROOM.COM, Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berhasil mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris untuk mendapatkan masa jabatan kedua sebagai pemimpin negara tersebut.
Dalam pertandingan yang berlangsung sengit, Trump meraih setidaknya 277 dari 538 suara elektoral pada Selasa (5/11). Dengan perolehan ini, Trump berhasil mendapatkan mayoritas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin Amerika pertama yang memenangkan masa jabatan tidak berturut-turut sejak dekade 1890-an.
Harris, calon presiden dari Partai Demokrat yang maju setelah Presiden Joe Biden mengundurkan diri pada Juli, berusaha untuk menjadi perempuan pertama yang terpilih sebagai presiden Amerika.
Trump mengklaim kemenangan pada Rabu (6/11) pagi dan mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya di sebuah acara di Florida.
“Ini adalah gerakan yang belum pernah ada sebelumnya, dan jujur saja, saya yakin ini adalah gerakan politik terbesar dalam sejarah,” kata Trump.
Trump berjanji untuk “memperbaiki perbatasan kita” dan “memperbaiki segala sesuatu di negara kita,” serta berusaha mewujudkan “Amerika yang kuat, aman, dan sejahtera.”
Seorang pejabat kampanye Harris mengumumkan kepada pendukungnya di Washington bahwa Wakil Presiden Amerika itu tidak akan berbicara pada acara tersebut pada malam itu. Namun, Harris dijadwalkan untuk memberikan pernyataan pada Rabu malam.
Dalam sistem pemilu Amerika Serikat, di mana pemilihan presiden dihitung berdasarkan hasil serangkaian pemilihan negara bagian, baik Harris maupun Trump dinyatakan sebagai pemenang segera setelah pemungutan suara ditutup pada Selasa (5/11) di negara bagian yang jelas dimenangkan oleh masing-masing partai mereka. Sementara itu, tujuh negara bagian yang disebut sebagai medan pertempuran diperkirakan akan menentukan pemenang pemilu.
Kemenangan Trump di negara-negara bagian seperti Pennsylvania, Georgia, North Carolina, dan Wisconsin memberikan keuntungan yang cukup untuknya.
Keberhasilan Partai Republik pada Selasa (5/11) juga memengaruhi hasil di Kongres, di mana partai tersebut merebut kembali mayoritas di Senat dengan setidaknya 51 dari 100 kursi. Sementara itu, kendali atas Dewan Perwakilan Rakyat, yang saat ini dikuasai oleh Partai Republik, masih belum diputuskan pada Rabu (6/11) pagi.
Trump menjabat sebagai presiden dari 2017 hingga 2021, namun gagal mempertahankan jabatannya setelah kalah dalam pemilu 2020 dari Biden. Trump tetap mengklaim bahwa dirinya memenangkan pemilu 2020, meskipun klaim tersebut tidak berdasar. Pernyataannya yang menolak hasil pemilu itu turut memicu serangan terhadap gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, yang dilakukan oleh massa pendukungnya dan mengganggu proses penghitungan hasil pemilu 2020.
Trump dan para sekutunya mengajukan banyak gugatan hukum setelah pemilu 2020, namun hakim negara bagian dan federal menolak lebih dari 50 tuntutan hukum yang diajukan.
Setelah tidak lagi menjabat, Trump divonis bersalah atas 34 dakwaan terkait pembayaran uang suap kepada seorang aktris film dewasa menjelang pemilu 2016. Pembacaan vonis untuk kasus ini dijadwalkan pada 26 November. Trump juga menghadapi dakwaan dalam tiga kasus lain, termasuk dua yang menuduhnya berusaha membatalkan hasil pemilu 2020 secara ilegal, serta tuduhan terkait penyimpanan ratusan dokumen yang dibawa ke kediamannya di Florida.
Trump dijadwalkan untuk dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan baru pada 20 Januari 2025.
Pada masa kepresidenannya sebelumnya, Trump menerapkan serangkaian tarif terhadap impor China dalam rangka perang dagang dengan negara tersebut.
Vincent Wang, dekan Fakultas Seni dan Sains di Universitas Adelphi, dalam wawancara dengan VOA Seksi Bahasa Mandarin, mengatakan bahwa China kemungkinan tidak akan bersikap agresif jika Trump kembali terpilih dibandingkan jika Harris yang menang.
“Jika Trump terpilih, saya rasa China mungkin tidak akan berani, karena dia tidak membaca draf, dia sudah mengatakan kata-kata kasar. Jika dia bangun hari ini, dia mungkin akan mengatakan akan menaikkan tarif sebesar 200 persen. Jika dia bangun besok, dia mungkin ingin mengebom Beijing. Jadi saya rasa apa yang disebut sikap pertahanan ala Trump ini, sebaliknya, akan membuat mereka sedikit lebih terkendali,” kata Wang pada hari Selasa.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah