Catatan Perjuangan Masyarakat Pulau Penyalai Menjaga Tanah Tumpah Darah

Sahabatku Kazzaini Kini Bertulang Besi…

Kazzaiki Ks dengan tangan masih digendong turun dalam aksi bersama masyarakat Pulau Penyalai Provisi Riau. (Foto: Ist)

SAHABAT saya, Kazzaini Ks, masih istiqomah berjuang bersama masyarakat Pulau Pendol, nama lain dari Pulau Penyalai, Provinsi Riau. Perjuangan yang tidak main-main. Mereka bejuang melawan penguasaan lahan kampung mereka yang akan ditanami sawit oleh perusahaan swasta. Sungguh, bukan perjuangan setengah hati.

Buktinya, tulang lengan tangan kirinya patah. Hasil ronsen, tulang Om Kai, begitu saya biasa menyapanya, patah total hingga lepas. Engsel pergelangan tangan kirinya pun demikian. Tulang jari tengah di atas telapak tangan juga patah.

Itu semua dialami saat berjuang bersama seorang syahid, Said Abu Sopian, para aktivis menyapanya SAS, yang meninggal dunia, sekitar pukul 21,20 WIB, Kamis, 22 September 2022, setelah lima hari dirawat di ruang ICU RS Hermina Ciruas.

Baca Juga : Bincang Aneka Rindu pada ‘Rindu Dini’ Tiada Usai

Perjuangan sahabat saya ini memang perjuangan yang mengobarkan semuanya, harta bahkan nyawa. Sebagai sahabat yang sudah saling mengenal sejak 1992 lalu, ya 30 tahun lalu, saat kami bekerja di Harian Pagi Riau Pos di Pekanbaru Riau, saya tahu bagaimana spirit yang ada di dalam diri seorang Kazzaini Ks.

Di balik pembawaannya yang agak pendiam tapi humoris itu, tidak ada kata mundur barang selangkah pun. Perjuangan ini, saya yakin akan digelutinya sampai di mana pun. At all cost. Karena ini soal marwah, soal harga diri, soal nasib masa depan anak-anak Pulau Penyalai.

Seharusnya, pada Rabu, 5 Oktober 2022, saya dan Om Kai akan ngopi bareng dengan sahabat kami, Muchid Albintani di Pekanbaru. Sekadar untuk melepas kangen. Tapi ternyata, Om Kai mengirimi saya foto dirinya sedang terbaring di ranjang Rumah Sakit Awal Bross, usai dioperasi.

1